banner 728x250

Berbangsa dan Bernegara dalam Al Quran

banner 120x600
banner 468x60

INFOUMAT.COM__ Di era globalisasi ini banyak tantangan memang bagi negeri kita, namun
kesadaran berbangsa dan bernegara sudah selayaknya rakyat dan pemerintah untuk bersama sama memberikan pemahaman bagi rakyatnya, khususnya kaum muda. Pemerintah ikut bertanggung jawab mengemban amanat untuk memberikan kesadaran berbangsa dan bernegara bagi warganya, bila rakyat bangsa Indonesia sudah tidak memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam kondisi yang sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.

Baca Juga : Fenomena Pengemis Online di Tiktok Menurut Pandangan Hukum Islam

Peradaban telah berkembang sangat cepat. Hubungan antarwarga negara di negara islam tidak lagi dibedakan menjadi kafir dzimmi dan muslim. Hari ini kita merasakan hubungan yang sangat erat diantara sesama warga negara. Kesamaan hak dan kewajiban adalah hal yang lumrah di banyak negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Bila kita menilik pembukaan piagam Madinah maka kita akan melihat bahwa konsep negara bangsa telah dicetuskan oleh Rasulullah. Pembukaan Piagam Madinah ini berbunyi

هذا كتاب من محمد النبي رسول الله صلى الله عليه وسلم بين المؤمنين والمسلمين من قريش وأهل يثرب ومن تبعهم فلحق بهم فحل معهم وجاهد معهم أنهم أمة واحدة من دون الناس

Artinya, “Ini adalah kitab dari nabi Muhammad Rasulullah diantara orang beriman dan muslim dari suku Quraisy dan penduduk kota Yatsrib (Madinah) serta orang-orang yang mengikutinya maka disamakan dengannya. Mereka hidup bersama serta berjihad bersama, su ngguh mereka (umat islam, penduduk kota Madinah dan yang mengikutinya) adalah umat yang tunggal dari semua manusia”.(Ibnu Zanjawih, al-Amwal [KSA: Markaz Malik Faishal,2000] juz II, halaman 466).

Baca Juga : Kisah Paman Nabi Abu Thalib

Dalam piagam Madinah ini Rasulullah menetapkan kesatuan dan persatuan sebagai umat yang tunggal baik bagi muslim maupun nonmuslim. Rasulullah juga mewasiatkan agar saling menyayangi tidak hanya kepada sesama muslim tetapi juga kepada seluruh manusia tanpa melihat perbedaan suku, bangsa maupun agama.

Hal ini dikuatkan dengan sabda Rasulullah:

عن أبي موسى الأشعري قال رسول الله والذي نفسي بيده لا تدخلوا الجنة حتى تراحموا قالو يا رسول الله كلنا رحيم قال إنه ليس برحمة أحدكم ولكن رحمة العامة رحمة العامة

Artinya, “Diceritakan dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah bersabda ‘Demi Zat yang jiwaku ada digenggamannya, kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian saling menyayangi.’ Para sahabat menjawab ‘Wahai Rasulullah, kami semua saling menyayangi.’ Rasulullah bersabda ‘Jangan hanya (sebatas) menyayangi salah satu diantara kalian tetapi juga kasih sayang (yang bersifat) umum, kasih sayang (yang bersifat) umum,’” (HR An-Nasa’i).

Baca Juga : Banyak mana laki-laki atau perempuan di Syurga ?

Selain itu, al-Qur’an juga telah mewasiatkan untuk menjaga kesetaraan di antara muslim dan nonmuslim dalam menjaga perdamaian dunia. Di antaranya yaitu:

Pertama, al-Qur’an mewasiatkan bahwa semua manusia berasal dari leluhur moyang yang sama yaitu nabi Adam dan Hawa. Tidak ada alasan bagi kelompok tertentu ataupun suku bangsa tertentu untuk merasa lebih unggul, lebih digdaya serta lebih mulia dari yang lainnya.

Hal ini dikuatkan dengan firman Allah:

يأيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن أكرمكم عند الله أتقاكم إن الله عليم خبير

Artinya, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui Maha Teliti,’” (Qs.Al-Hujurat ayat 13).

Baca Juga : Pengertian Takhbib

Menurut Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam ayat ini terdapat tiga nilai etika berbangsa, yaitu:

1. Kesetaraan, manusia sejatinya adalah setara bagaikan jari-jemari sisir, dilahirkan dari leluhur yang sama. Mereka setara dalam hak dan kewajiban syariat. Inilah hakikat dasar sistem demokrasi. Allah telah menjelaskan bahwa manusia berasal dari ayah dan ibu yang sama. Seandainya Allah tidak menghendaki kesetaraan pada sesama manusia niscaya Allah akan ciptakan setiap manusia dari beragam jenis asal penciptaan yang berbeda-beda.

2. Saling mengenal, Allah menciptakan manusia dengan garis nasab dan kekeluargaan yang sambung-menyambung, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar manusia saling menyambung persaudaraan serta tolong-menolong, bukan untuk saling membenci, saling bermusuhan serta saling membanggakan nasab masing-masing.

3. Ketakwaan, Allah menetapkan ketakwaan sebagai tolak ukur keutamaan diantara sesama manusia. Manusia yang paling mulia dan luhur derajatnya di dunia dan akhirat adalah manusia yang paling bertakwa kepada Allah dalam mentaati perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.(Az-Zuhaili Wahbah, Tafsir al-Munir [Damaskus: Darul Fikr al-Mu’ashir,2018) juz.26 hal.265).

Baca Juga : Kisah Sayyidina Husain

Kedua, al-Qur’an mewasiatkan untuk berbuat baik kepada sesama manusia meskipun berbeda golongan maupun keyakinan selama mereka menjunjung tinggi perdamaian. Allah mencintai orang-orang beriman yang berbuat baik serta membalas kebaikan orang lain meskipun berbeda keyakinan maupun golongan. Hal ini dikuatkan dengan firman Allah:

لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Artinya, “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusirmu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”.(Qs.Al-Mumtahanah ayat 8).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *