banner 728x250

Arti Fathu Makkah

Fathu Makkah
Fathu Makkah
banner 120x600
banner 468x60

INFOUMAT.COM__ Sejarah fathu makkah merupakan salah satu sejarah terbesar dalam Islam, yang dengannya Allah SWT memuliakan agamaNya, RasulNya dan para pasukan kaum muslimin pada saat itu. Peristiwa ini benar-benar membuat manusia berbondong-bondong masuk Islam, sehingga wajah bumi berseri-seri memancarkan keceriaan.

Mari bersama-sama menyimak kisah fathul makkah yang penuh hikmah ini. Supaya kita bisa merasakan kemenangan kaum muslim yang begitu hebat

Baca Juga : Transportasi Haji: 1952 Pertama Kali dengan Pesawat Terbang

Latar Belakang dan Sebab Terjadi Peristiwa Fathu Makkah

Cerita sejarah Fathu Makkah ini dimulai saat terjadinya peristiwa hudaibiyah di tahun 6 H. Dimana saat itu di kota Makkah terdapat dua suku yang saling bermusuhan sejak lama. Dua suku itu adalah suku Baker dan suku Khuza’ah. Kedua itu juga memiliki karakter yang berbeda, yaitu suku Baker suka melakukan kesyirikan sedangkan suku Khuza’ah menjadi sekutu kaum muslimin dan tidak suka melakukan kesyirikan.

Sehingga sejak perjanjian Hudaibiyah tersebut kedua suku tidak diperbolehkan lagi saling menyerang dan saling membunuh. Tetapi dengan liciknya suku Baker malah mengambil kesempatan damai ini untuk menyerang suku Khuza’ah. Dikisahkan bahwa setelah berencana menyerang suku Khuza’ah, suku Baker langsung sigap untuk menyiapkan pasukan yang mereka miliki.

Tapi rencana suku Baker ini ternyata sudah didengar oleh orang-orang Quraisy, maka dengan senang hati mereka pun langsung memberikan bantuan berupa senjata kepada suku Baker, karena situasi ini sangat menguntungkan kafir Quraisy dan merugikan kaum muslimin.

Setelah ada pemberian bantuan dari kafir Quraisy, suku Baker merasa mendapatkan tambahan kekuatan untuk melancarkan serangannya.

Baca Juga : Perang Besar Dalam Sejarah Islam

Pada bulan Sya’ban tahun 8 H (2 tahun setelah perjanjian hudaibiyah), suku Baker yang dipimpin oleh Naufal bin Muawiyah menyerang perkampungan Khuza’ah. Mereka melakukan serangan di malam hari. Mengapa di malam hari? Ya, mereka melakukan itu di malam hari agar tidak diketahui oleh kaum muslimin di Madinah. Karena sebenarnya mereka sadar jika perbuatan mereka itu melanggar perjanjian, makanya suku Bakar memilih menyerangnya di malam hari.

Nah, dari sinilah latar belakang sebab terjadinya perang Fathu Makkah.

Setelah penyerangan selesai, rupanya salah satu dari suku Khuza’ah cepat-cepat pergi menuju Madinah untuk memberi tahu kepada Rasulullah tentang kejadian yang dialaminya. Dia adalah Amr bin Salim, beliau menemui nabi dan mengabarkan apa yang telah menimpa orang-orang Bani Khuza’ah dan bantuan yang diberikan Kafir Quraisy terhadap Bani Bakar. Sehingga Rasulullah pun mengetahui pengkhianatan suku Baker tersebut melalui sahabat Amr bin Salim al Khuza’i.

Kekhawatiran Kafir Quraisy atas Pengkhianatannya

Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan suku Bakar dan Kafir Qurasiy ini merupakan pengkhianatan yang nyata. Bahkan Mereka sangat menyadari jika mereka telah berkhianat. Setelah selesai penyerangan, muncullah rasa takut di hati mereka. Mereka benar-benar takut jika Rasulullah shalallahu alaihi wassalam akan mengetahui pengkhianatan mereka ini, yang kemudian akan mengakibatkan penyerangan kota Makkah.

Akhirnya para tokoh Makkah itu mengadakan pertemuan. Mereka mencari jalan keluar agar Rasulullah tidak menyerang kota Makkah dan mereka bersepakat untuk mengutus Abu Sufyan ke Madinah, untuk memohon agar mau memperbarui perjanjiannya sebelum nabi mengetahui kejadian Bani Bakar. Padahal nabi sendiri sudah mengetahuinya dari sahabat Amar.

Singkat cerita, Abu Sufyan pun diutus ke Madinah untuk menemui Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan membujuk beliau agar tidak menyerang kota Makkah. Namun Rasulullah tidak mempedulikannya, lalu Abu Sufyan pergi menemui Abu Bakar (Abu Qahafah) tetapi juga tidak mendapatkan solusi.

Kemudian Abu Sufyan mendatangi Umar bin Khattab, tapi yang dia dapatkan hanyalah kemarahan dari Umar, beliau berkata, “Demi Allah sungguh aku akan memerangi kalian semua.”

Baca Juga : Kisah Nabi Ayub as

Maka akhirnya Abu Sufyan menemui Ali bin Abi Thalib, dan Fatimah namun tetap saja tidak mendapatkan jawaban. Melainkan Ali adalah orang yang paling lemah lembut dan memberikannya masukan.

“Nasi sudah menjadi bubur” itulah pribahasa yang cocok untuk kafir Quraisy. Setelah mendapat penolakan dimana-mana, kafir Makkah merasa ketakutan jika Rasulullah benar-benar menyerang kota Makkah.

Strategi Pembukaan Kota Maklah Dimulai

Dengan kedatangan Amr yang disusul oleh Abu Sufyan ke Madinah membuat Rasulullah semakin yakin jika telah terjadi pelanggaran perjanjian hudaibiyah. Maka beliau pun langsung memerintahkan seluruh sahabat Madinah agar mempersiapkan diri untuk melakukan penyerangan terhadap suku Quraisy di Makkah alias menaklukkan kota Makkah.

Beliau juga memerintahkan untuk merahasiakan rencana ini, jangan sampai terdengar oleh suku-suku Arab lainnya. Beliau tidak mau rencana penyerangan ini bocor dan terdengar oleh penduduk Makkah.

Ternyata ada seorang sahabat yang berkhianat, ia bernama Hathib bin Abi Balta’ah, dia menulis surat kepada orang-orang Quraisy Makkah. Surat itu berisi pemberitahuan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan para sahabat akan melakukan penyerangan kota Makkah. Kemudian surat itu diserahkan kepada seorang perempuan dan memintanya untuk menyerahkannya kepada penduduk Makkah.

Namun surat tersebut tidak sampai pada orang-orang Makkah. Sebab Allah telah melindungi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan kaum muslimin. Mengapa suratnya tidak sampai??

Karena saat itu Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah shalallahu alahu wa sallam dan mengabarkan bahwa ada seorang wanita yang membawa surat bocoran rencana penyerangan kota Makkah. Malaikat Jibril menyuruh Rasulullah untuk menjemput dan menangkap wanita itu di daerah Raudhah Khakh. Beliau langsung mengutus empat orang sahabat untuk menjemput dan menangkap wanita tersebut. Keempat sahabat tersebut adalah Ali bin Abi Thalib, Miqdad, Zubair bin Awwam dan Abu Murdhid al Ghanawi.

Beliau bersabda, “Segeralah pergi hingga kalian tiba di Raudhah Khakh, di sana ada seorang wanita yang membawa selembar surat yang ditujukan kepada kafir Quraisy”

Baca Juga : Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

Maka keempat sahabat itupun langsung melaksanakan perintah Rasulullah dan segera menuju Makkah. Ketika mereka sampai di Raudhah Khakh, mereka menemukan wanita yang dimaksud. Pada awalnya wanita itu tidak mau mengakui, tetapi Ali bin Abi Thalib memaksanya untuk mengeluarkan surat tersebut. Dengan penuh rasa takut, wanita itu mengeluarkan suratnya dari balik rambutnya.

Keempat sahabat itu membawa wanita ini kembali ke Madinah dan menghadap Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Setelah surat itu dibuka ternyata yang menulis adalah Hathib bin Abi Balta’ah. Hal ini membuat para sahabat marah, sampai Umar berkata, “Wahai Rasulullah izinkan aku menghabisinya, dia telah berkhianat.”

Namun Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memaafkan Hathib, karena ia ikut perang Badar. Sedangkan Allah telah mengampuni dosa-dosa para sahabat yang ikut perang Badar. Setelah mendengar itu, Umar menangis dan berkata, “Sungguh hanya Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui”

Sebenarnya Hathib tidaklah murtad dan tidak juga munafik, namun dia hanya takut jika keluarganya yang di Makkah terjadi sesuatu karena penyerangan Makkah, sehingga dia pun terpaksa mengirim surat tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *